Minggu, 25 Desember 2011

Lagi :Berdamai dengan Benci

Malam ini, aku kembali tertatih, mengeja ulang dalam ingatanku, kata-kata penyemangat dari mereka yang membantuku bertahan hingga sekarang. Juga kueja pelan sebaris ayatMU yang bapak bacakan di kala diri gersang, kering karena embun-embun semangatku terserap habis oleh sebuah rasa : kebencian. Al Baqarah 216....

Boleh jadi apa yang kamu benci baik bagimu. Allah Mengetahui sedangkan kamu tak mengetahui

Ahh.... keikhlasanku ternyata masih bertembok. Menjeda. Berbatas. Nyata sekali banyak keluhku yang bergema di setiap sudut ruang kehidupanku kala itu. sekarang juga tak jauh beda.Ya, Aku masih belum memiliki ikhlas yang tanpa batas. Sebuah kata yang sungguh mudah terucap, namun pelik dalam mengurainya menjadi tindak nyata.

Maka biarlah kini kata-kata penyemangat mereka, berjuang menyelamatkanku kembali sebelum keluh itu terucap.

"Menjadi bisa dalam hal yang kau sukai, itu biasa. Tapi menjadi bisa dalam hal yang TIDAK kau sukai, itu luar biasa..."

dan sekali lagi, hati tercabik mengenangnya. Nina, jadilah luar biasa. Kau bisa. Berdoalah dan mintalah tolong pada Yang Maha Kuasa. :)

Sabtu, 24 Desember 2011

Lomba Essai Annida Online-Saya Punya MIMPI SEJUTA DOLAR

Tahun 2012, Inilah Mimpiku!

Mimpi berhak hadir dalam benak seseorang, siapapun itu. Mimpi dapat diibaratkan sebuah benih, apakah hendak disemai ataukah hanya sekedar dipendam, semua itu merupakan pilihan.

Mimpi yang disemai, dipupuk,dan disirami, melalui ikhtiar terbaik, akan tumbuh perlahan-lahan hingga akhirnya berbuah, dan dapat dinikmati. Mimpi semacam inilah yang mampu memberikan energi bagi sang pemimpi, untuk bergerak menuju suatu tujuan, yakni ‘kenyataan’ dari mimpi itu sendiri. Adapun mimpi yang hanya dipendam, pada akhirnya akan membusuk dan mati, meninggalkan sang pemimpi dalam ratapnya.

Semoga aku mampu menjadi orang yang sanggup menyemai mimpi-mimpiku, hingga kelak tumbuh menjadi pohon yang berbuah atas izinNya.

Impianku di tahun 2012 yang paling utama adalah lulus dengan predikat cumlaude. Tidak hanya itu, aku ingin lulus sebagai mahasiswa luar biasa, bukan sekedar nilai yang didapat, namun juga ilmu mampu teresap. Maka, setelah lulus, kuharap aku mampu mengaplikasikan ilmu yang kupelajari tersebut dan menebarkan manfaat yang ada padanya, baik melalui pekerjaanku maupun karyaku yang lain. Dengan semua itu, kuharapkan mampu mendatangkan ridho dan senyum bangga dari kedua orang tuaku, yang senantiasa mendoakan dan mendukungku tanpa jeda.

Mimpiku yang lain adalah menjadi seorang penulis. Menggoreskan penaku, hingga terlahir karya-karya penuh makna, mampu diambil hikmahnya, dan memotivasi orang yang membacanya.
Kemudian, mimpi selanjutnya adalah pergi ke negeri sakura, negeri matahari terbit, yakni Jepang, yang memang ingin kukunjungi setiap kali menonton doramanya, maupun saat mengagumi kemajuan teknologinya. Inginku melanjutkan studi di sana, sekaligus mempelajari bahasa dan budayanya untuk memperkaya tulisan-tulisanku.

Ke luar negeri tak hanya Jepang. Kurindukan pula mampu berada di tanah suci Makkah, berhaji, memenuhi panggilannya. Bersama keluargaku.

Menikah? Itu juga mimpiku. Menggenapkan separuh agama, belajar bersama tentang kehidupan dengan yang dicinta, yang telah dihalalkanNya. Menjadi seorang istri yang baik dan senantiasa menjalankan apa yang dapat mendatangkan ridho suami.

Dan kesemua mimpi itu bermuara pada mimpi tertinggi. Mimpi akan pertemuan denganNya, di surgaNya. Semoga aku mampu menyemai mimpi-mimpi tersebut. Amin.
Sekali lagi, mimpi berhak mendatangi siapapun. Adapun pilihan untuk menyemainya atau justru hanya memendamnya, diri sendirilah yang mampu memutuskan. Mari lakukan ikhtiar terbaik dengan menyemainya. Semoga Allah mengizinkan mimpi kita berbuah lezat dan manis… Amin.

Karena Matahari Mencintainya

Cinta tak pernah menyakiti

Seperti yang matahari lantunkan dalam tiap harinya.
Matahari yang mencintai bunga matahari.

Bunga matahari senantiasa menatapnya. tanpa henti. tak kenal letih. tak pernah berpaling. Bunga matahari mencintainya. Dan dia tahu itu. Dia paham itu. Karena dia memiliki rasa yang sama.

Namun ia tak pernah bisa mendekat.
ia hanya bisa mengasihi sang bunga dari jauh. Jauh sekali...

Jarak yang terlampau jauh, tanpa bisa ia persempit.
Karena jika ia terlalu dekat, kehidupan bumi akan musnah. Bunga matahari juga akan mati.

Karena Matahari mencintainya, maka ia tak mendekat.
kedekatan yang justru akan menghancurkan, akan menyakiti.

Cinta nan indah.
Cinta yang penuh kesabaran.
cinta dalam bingkai Ilahi.

Seperti seseorang yang mampu bersabar saat mencintai seseorang, namun belum waktunya memiliki.
Ia takkan terlalu mendekat, ia takkan menyentuh.

karena ia tahu, kedekatannya justru akan menghancurkan.
menyakiti, dan mendatangkan murkaMU.

Ia bersabar dan menanti waktu, waktu yang Engkau izinkan untuk menjadikan kedekatan itu halal, sentuhan itu halal....


Ya Rabb, semoga aku bisa seperti itu, meski dengan hati yang masih tertatih...
kuatkanlah kesabaranku, perisaiku, agar cintaku, kapanpun itu, kepada siapapun itu, tetap dalam batasan syariahMU... amiinnn

Allah Membersamai!

Renunganku......

Duhai diri, apa yang kau risaukan?
gelisah melihat mentari tak lagi menyinari
resah kala hujan mengguyur hari
Kau merisaukan apa?
aku risau, akankah ada cahaya lagi bagi gelap hidupku nanti

Lantas tak cukupkah pelangi menjadi jawaban dariNYA.
Dia ambil mentari yang memang milikNYA, menggantikannya dengan hujan, untuk memberimu pelangi.

Duhai diri, lihatlah, kau mengulum senyum kembali
menatap lekat indah pelangi
kembali meyakini bahwa diri mampu jalani hari.

Namun, kemudian, Dia mengambil pelangi yang memang milikNYA
melenyapkannya dari pandangmu, lalu kau kembali risau
duhai diri, apa yang kau risaukan?
aku risau, tak ada lagi warna-warni pelangi, yang mampu cerahkan kelabu hidupku

benar, malam tiba.
diri merasa sendiri dalam gelap yang mencekam
ketakutan yang memeluk semakin kencang
dan diri menangis..
duhai diri, kau menangisi apa?
aku menangisi matahari dan pelangi yang tlah pergi

Duhai diri, apa yang kau risaukan?
kau sungguh tak pernah sendiri.
apa kau tak ingat siapa yang membersamai matahari dan pelangi?
apa kau tak ingat siapa yang cahayaNYA lebih terang dibandingkan mentari, dan keindahanNYA lebih dibandingkan pelangi?


Dialah SANG PENCIPTA.
Yang tak pernah meninggalkanmu sendiri, Yang tak pernah menyalahi janji, Yang akan merengkuhmu dengan penuh kasih.....

duhai diri, jangan pernah risaukan lagi...
jangan takut, Allah membersamai...

kini malam tiba. tak ada mentari sebagai cahaya ataupun pelangi sebagai penawar luka.
Namun Dia memberimu bintang....
lihatlah betapa Ia begitu menyayangimu...

Duhai diri, tak perlu risau lagi...
dalam keadaan bagaimanapun, yakinlah bahwa Allah membersamai.....


La Tahzan, Innallaha ma'ana.......


#24 Desember 2011
mengumpulkan segenap keberanian mengahadapi masa depan.
yakinlah Allah membersamai...:)

Senin, 05 Desember 2011

Kisah telur ayam

aku masih melamun dalam ruang sepi, ketika sebutir telur ayam datang dengan wajah sendu. Tangannya memegang sebuah amplop. Aku tak bisa melihat dengan jelas nama yang tertera, namun aku bisa melihat guratan berbentuk hati tertempel di sana.
Hmm. Surat cinta. Tebakku. Mungkin si telur sedang patah hati. Aku harus menghiburnya.

"telur, kau kenapa?" aku bertanya, memulai pembicaraan.
Telur menatapku, air matanya mulai menggenang,menganak sungai.Tanpa kata-kata, dia menyerahkan amplop yang dipegangnya padaku.

Tebakanku benar. Ini surat cinta. Surat cinta untuk ayam, ibu si telur. tulisan "To Mother" tercetak rapi di bagian depan amplop.
"surat itu... aku ingin menyampaikannya pada ibu. Ibu yang telah melahirkan aku. Aku ingin menyampaikan betapa aku menyayanginya, berterima kasih atas segala kesabarannya hingga aku dapat lahir ke dunia ini. Namun..." telur terisak.
"Namun?" tanyaku.
"namun, ibu sudah tak ada... Tepat ketika aku lahir, ibu dimasak oleh manusia itu. betapa sesak rasanya, ketika aku melihat ibu ada di piring... aku tak sempat menyampaikan surat ini, tak sempat mengucapkan betapa aku menyayanginya.. "
Aku tersentak mendengar kisah si telur ayam. betapa dia ingin menyampaika sejuta kasihnya pada sang ibu,namun keadaan tak memungkinkan..sementara aku? aku di sini, justru sedang bertengkar dengan ibu. aku marah pada ibu karena aku tak boleh menyusu padanya lagi. aku kesal karena aku harus mulai belajar menangkap tikus. Air mataku tiba-tiba ikut mengalir.
"Kucing kecil, kau memiliki ibu yang baik. Setidaknya kau sempat bertemu dengannya, merasakan kasih sayangnya.. aku tahu, kau di sini karena sedang bertengkar dengan ibu. Kau marah karena ibu tak memperbolehkanmu minum susu lagi. Kucing, kau makin dewasa. Cakar-cakarmu yang tajam itu sebenarnya menyakiti ibumu, tapi dia tak pernah mengeluh. Dia tak mengatakannya padamu kan? dia ingin kau belajar menangkap tikus, itu untuk melatihmu mandiri.. kau takkan bisa survive jika hanya mengandalkan ibu... Kucing kecil, ibumu sama sekali tidak kejam. Tidak ada ibu yang kejam di dunia ini. Karena semua ibu menginginkan kebaikan untuk anak-anaknya..."

aku terdiam. merenungi setiap kata-kata telur.
"kembalilah.. temui ibumu.. jangan sampai kau seperti aku... tak sempat mengucapkan kata cinta untuk ibu.." kata telur lagi.

aku mengangguk mantap.
"iya,,, terima kasih telur.. kau juga harus ceria.. ibumu pergi dan meninggalkan sesuatu yang berguna bagi manusia. kau tak boleh bersedih. ibumu akan ikut sedih jika kau begini. tegarlah. kelak, tumbuhlah menjadi anak ayam yang membanggakan meskipun ibumu telah tiada" kataku.
"iya,, sama-sama kucing. aku harus tetap semangat!" telur mengusap air matanya.

#051211

*************************************************************************************************

sudahkah hari ini kita ungkapkan rasa sayang kita pada ibu?
cobalah ungkapkan kata-kata indah itu untuk wanita teristimewa itu...

ibu, ada dan tiada dirinya, pastikan tetap hidup dalam hati kita masing-masing.... berjuang yang terbaik untuk ibu, dan tersenyumlah...

karena bahagia kita adalah bahagianya.. :-)
luv u, mom......

Kamis, 24 November 2011

Belajar dari Line Follower Robot

tak begitu tertarik dengan robot, tapi entah kenapa suka sekali melihat aksi line follower robot mengikuti track yang sudah dibuat. Terkadang tepat,namun terkadang melenceng. Tak letih-letih si pemilik robot berusaha mengarahkannya agar tetap pada jalur yang tepat, dan si robot tidak pernah protes... Dan betapa menyenangkannya saat melihat si robot sukses, sampai di akhir jalur.

mungkin sama seperti kita yang sedang berjalan pada track yang sudah ditetapkanNya. Kadang kita tidak tahu, berjalan pada jalur yang salah atau benar. kadang kita menginginkan sesuatu, tapi kita tak tahu buruk dan baiknya untuk kita. Dan Allah-lah yang paling tahu track mana yang harus dilalui. Kadang kala ada hal yang kita inginkan, namun tak terkabul, mungkin karena keinginan itu ada di track yang salah dan Allah berusaha menempatkan kita pada track yang benar. Hanya saja kita tak tahu. Mungkin saja keinginan itu justru berakibat buruk pada kita, sementara Allah inginkan yang terbaik untuk kita. Sayangnya, berbeda dari robot yang tak pernah protes, kita seringkali menanyakan "kenapa ya Allah?".

"Boleh jadi apa yang kamu benci baik bagimu. boleh jadi apa yang kamu sukai buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (QS. Al Baqarah 216)

saatnya belajar, untuk bersabar dan bersyukur, karena seringkali ketidaksukaan kita akan suatu hal, hanyalah karena tidak tahu bahwa ternyata hal itu baik untuk kita...^_^

Warna-warni Resistor

HiCoMeOKuHiBiUAPu....warna yang begitu bermacam melekat di sebuah kapsul, sebut saja namanya "resistor".

Resistance...hambatan...di tiap rangkaian kehidupan tentu tak luput dari adanya resistor..dengan warna berbeda... ada coklat-hitam-coklat..sekedar 100 ohm saja...hijau-hitam-oranye...50000 ohm...atau lebih lagi...
semakin besar, semakin kecil arus....


benarkah?
bukankah kita masih bisa memilihnya, mau di-seri (100+50000= 50100 ohm) yang makin memperbesarnya...
atau merangkainya secara paralel? (1/100 + 1/50000 = 0,01002) yang mengecilkannya......

hambatan terasa besar..atau terasa kecil..tergantung cara kita merangkaikannya.....:P

Belajar dari Hukum Pascal

Masih ingat fisika dasar tentang hukum Pascal?

P = F/A

tekanan merupakan gaya dibagi luas permukaan.

masih ingat pulakah, pertanyaan : manakah yang lebih sakit, diinjak gajah, atau diinjak wanita yang memakai sepatu hak tinggi?

jawabannya lebih sakit diinjak wanita yang memakai sepatu hak tinggi, karena luas permukaan sepatu lebih kecil dibanding kaki gajah, sehingga tekanannya lebih besar.
Begitulah, semakin tak luas, semakin besar tekanan, dengan gaya yang sama.

Seperti itu pula dalam kehidupan. Bila gaya diibaratkan sebagai suatu masalah hidup,maka dengan kadar masalah yang sama, hati yang lebih luas akan mengalami sedikit tekanan. Sedangkan hati yang sempit akan mengalami tekanan yang jauh lebih besar.

Luaskan hatimu, seluas samudra, jangan kalah dari masalah ^_^


#mengenang 3 tahun silam.
Dear Allah, terima kasih telah mengajariku arti keikhlasan, meski aku baru bisa memahaminya sekarang.
I can smile....^_^

Kincir Angin

Kincir angin : sebuah wahana permainan yang seringkali ada di taman hiburan; seringkali muncul dalam soal Fisika sebagai contoh persoalan gerak melingkar.

Kincir angin : Orang-orang yang menaikinya memiliki beragam ekspresi perasaan. takut saat di puncak? bisa jadi.
senang sepanjang perputaran? kebanyakan begitu
sedih? mana mungkin?? tapi, bisa saja sih..kalau naiknya saat ada banyak masalah menghimpit.

kincir angin itu ibarat rotasi kehidupan. kadang kita ada di atas, kadang kita di bawah. terus..terus..dan terus. orang yang menikmati setiap episode hidup itu, bisa disamakan seperti orang yang merasakan kesenangan selama menaiki kincir angin. Hanya ada perasaan bahagia, tak peduli di titik mana ia berada.
Mereka orang-orang yang bersyukur. Mereka pemilik hati yang bahagia.

Inginkah kau menjadi seperti mereka?
aku sungguh sangat ingin.

ya Allah, jadikanlah kami sebagai seorang hamba yang pandai bersyukur, pemilik kebahagiaan yang hakiki...amiin

#24 Nov 2011

Senin, 21 November 2011

Pilihan Oh Pilihan..

Ketika dihadapkan dengan 2 pilihan yang rumit, apa yang teman-teman lakukan?

Menghitung kancing??

Mencari ilham?

Atau bertanya pada Allah?

Saya pernah melakukan hal-hal unik dalam urusan pilih memilih, terutama pada saat ujian, di mana soalnya adalah pilihan ganda. Pilihan ganda kadang merupakan jenis soal yang menguntungkan, karena setidaknya kita memiliki clue bila benar-benar 'bleng' dengan materi yang ada. Namun, kadang pilihan ganda juga merupakan jenis soal yang 'menyebalkan' karena kerap menjebak dan membingungkan.

kalau kita yakin pada suatu jawaban, maka tangan kita pun akan mantap menggoreskan pena, membuat tanda silang entah itu di a, b, c, atau d. Namun, kita akan garuk-garuk kepala ketika ada dua pilihan yang kelihatannya sama-sama benar atau ketika kita benar-benar tak tahu harus memilih yang mana.

Dulu, zaman SMA, seringkali saya menghitung abc-an itu dengan jari. Abjad yang muncul pada hitungan ke-17 (karena angka 17 adalah angka favorit saya), maka abjad itulah yang akan saya silang. Pernah melakukan hal demikian juga kah? :D

Ada lagi cara yang lebih unik. Saya mengucapkan "Bismillahirahmanirahim" sambil menggerakkan pena ke abjad-abjad itu. Di mana kata "Bismillahirahmanirahim" itu berhenti, maka abjad itulah yang akan kusilang. Hehe.

Cukup deh ngomong-ngomongnya tentang cara-cara lucu ketika pusing mengerjakan pilihan ganda. kembali ke pertanyaan awal, bagaimana cara memilih 2 opsi yang begitu rumit?

Seperti menjawab pilihan ganda, bila di antara opsi tersebut ada yang benar-banar kita yakini bahwa manfaatnya sangat besar, pasti kita akan memilih opsi dengan manfaat yang lebih besar tersebut. Apalagi jika kita tahu, pilihan lain membawa mudharat. Namun, jika di antara 2 pilihan itu kita tidak tahu mana yang terbaik, mana yang lebih besar manfaatnya, apa yang akan kita lakukan?

Islam mengajarkan suatu cara yang indah untuk memilih sesuatu. Shalat istikharah jawabnya.

Shalat istikharah merupakan shalat sunnah 2 rakaat dan tata caranya sama seperti shalat sunnah biasa. Shalat istikharah ini bisa dilakukan kapan saja, tidak ada waktu khusus. Setelah shalat, kita membaca doa:

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika al ‘adziim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii fash-rifhu anni wash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.

“Ya Allah, aku memohon petunjuk kepadaMu dengan ilmuMu dan aku memohon ketentuan daripadaMu dengan kekuasaanMu dan aku memohon daripadaMu akan limpah kurniaanMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahu segala perkara yang ghaib. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahwasanya urusan ini (sebutkan tentang pilihan kita) adalah baik bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, takdirkanlah ia bagiku dan permudahkanlah serta berkatlah bagiku padanya da seandainya Engkau mengetahui bahawa urusan ini (sebutkan..) mendatangkan keburukan bagiku pada agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku, jauhkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah yang terbaik bagiku kemudian ridhailah aku dengannya”

Lewat shalat istikharah, kita memohon jawaban dari Allah, manakah pilihan yang baik untuk kita. Jawaban ini tidak harus melalui mimpi, namun juga bisa melalui kemantapan hati. Adapun bila kita masih ragu, kita bisa mengulangi shalat kita hingga hati kita mantap.^_^

semoga Allah menunjukkan yang terbaik. Amiin


#21-11-2011
efek bingung milih judul TA

Sabtu, 05 November 2011

benang merah

Allah mengikatkan jari kelingkingku dan kelingkingmu dengan benang merah. Karena itulah, aku jatuh cinta padamu sejak pertama bertemu

_Akai Ito_

benang merah? aku melirik kelingkingku. Tentu saja, ia tak terlihat. Tapi, ia ada. Allah telah mengikatkannya dengan kelingking lain, kelingkingmu, entah siapa engkau.

semoga yang terbaik


amiin

Jingga...

Pelangiku, di manakah jingga-mu?

ia tertoreh luka, meninggalkan merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu..



tak ada lagi hujan di langit

tapi butir-butirnya berpindah mengalir di pipiku,

di pipimu..



pelangiku terluka...

pelangiku menangis..

pelangiku sakit...



pelangiku merindu....rindu mejikuhibiniu...

mejikuhibiniu...



jangan biarkan jingga pergi.



#051111

Sabtu, 03 September 2011

Beda beda beda



Pemerintah akhirnya menetapkan : Lebaran tahun ini jatuh hari Rabu!

Rupa-rupanya tahun ini kembali muncul perbedaan dalam berhari raya. Namun, seperti arti semboyan kita “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda tapi tetap satu jua, hendaknya perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan. Saling menghormati.

Ya, seharusnya begitu. Namun, ternyata masalahnya tidak sesepele itu. Nampaknya perbedaan hari raya ini menimbulkan sepercik pertengkaran di antara sepasang anak adam yang sedang merencanakan pernikahan. Sebut saja namanya Popo dan Pipi.

Pipi,yang bapaknya merupakan aktivis Muhammadiyah, sudah terbiasa merayakan lebaran di mana 1 syawal-nya ditetapkan melalui metode hisab. Sebaliknya, Popo selalu ikut keputusan pemerintah, alias dengan melihat hilal.

Pipi pun bertanya pada Popo , “Popo, besok kalau kita sudah menikah, boleh ya aku lebaran duluan, ga bareng kamu?” tanyanya.

“Ga boleh, musti bareng” ujar si Popo. “kan istri musti ikut suami. Masa’ ga bareng”

“Tapi aku dah terbiasa begitu” protes si Pipi.

“Jangan memandang organisasi atau aliran, tapi pandanglah apa yang menurutmu benar” kata si Popo.

“Lha aku lebih sreg make yang metode itu kok” lanjut Pipi.

“Aku pernah dengar hadis, katanya musti liat hilal, kalau tidak memungkinkan, genapkan puasamu” Popo pun mengeluarkan argumennya.

“Aku tahunya kalo udah denger takbir, berarti puasanya musti berhenti” bantah Pipi.
“Lagian itu juga liat kok, udah 1 derajat berapa gitu.. “

“Liat di mana? Pakai mata telanjang gitu? “

“Tadi tu di siaran liat kok…udah 1 derajat gitu…”

“Hem, udah, tanya bapakmu dulu aja, kenapa pake metode hisab…ntar baru kita berargumen lagi”
***
“Pak, kenapa dalam menentukan lebaran musti make metode hisab?” pagi itu pun Pipi bertanya pada bapaknya. “katanya musti lihat hilal?”

“Ya memang, dari Rasulullah seperti itu. Tapi itu dulu, ketika ilmu pengetahuan belum berkembang. Sekarang sudah ada ilmu falaq, ilmu perbintangan yang sudah sangat berkembang. Kita bisa melihat pergerakan bulan, memakai alat-alat yang canggih seperti teleskop. Bahkan kapan terjadinya gerhana matahari, kita bisa menghitungnya. Sholat juga kan kita memakai hisab. Kapan waktu subuh, zuhur, dan sebagainya.”

Ibu Pipi pun sejalan, kali ini ditambah alasan kehati-hatian.
“Yang punya alam kan Allah, ya kita ga tahu kapan sebenarnya. Entah selasa, entah Rabu. Kalau ibu si mending utang daripada haram, jadi milih yang lebarannya dulu.”
***
“ Aku mau njelasin, tapi kamu ga boleh mbantah dulu!” kata Pipi saat ditanya Popo. Ceritanya Pipi mulai kesel dengan Popo yang tidak mengizinkannya beda hari raya kalau sudah menikah nanti.
“Iya, iya, aku diem” ujar Popo.
Maka, Pipi pun menyampaikan argument tersebut. Popo diam menyimak, tapi mulutnya gatel pingin menyela.
Setelah Pipi selesai menjelaskan, Popo pun mulai bicara.
“Boleh komentar ga?” tanyanya.
“Ga!” Pipi menjawab sebal.
“Yah, yaudah deh” Popo mengalah. Dia sudah terbiasa dengan sifat Pipi yang kekanak-kanakan.
“Yaudah, boleh” Pipi akhirnya membolehkan, merasa tidak adil pada Popo.
“Kalau waktu sholat, menurutku ga pake hisab, itu ngeliat mataharinya gimana… Misalnya..”
“Ya kan hisabnya juga pake ngeliat!” potong Pipi, kesal.
Popo menghela nafas. “ Terus, hisab itu kan berarti secara teori kan… trus kalau di prakteknya ternyata belum muncul gimana? Kan kadang teori tidak sesuai dengan kenyataannya” tambah Popo.
“Itu juga ngeliat pergerakan bulan kok, udah 1 derajat gitu…”
“Di mana? Kalau di arab emang iya, keliatan…tapi di Indonesia?”
“Tapi kemarin tanggal 31 udah sabit kok…”
“Ya jangan ngeliat dari satu kali aja dong…Pokoknya aku masih belum yakin sama metode yang itu..”
“Ih, yaudah si, kan keyakinan masing-masing…berarti boleh ah, beda” Pipi mulai jengkel. Inti pembicaraan ini kan bukan maksudnya Popo musti ngikut Pipi, tapi lebih ke boleh enggaknya Pipi besok beda ama Popo.
“Ga boleh”
“Otoriter! Kalau gitu aku ga mau nikah ama kamu!” Pipi mulai ngambeg.
“Yaudah..” Popo santai aja nanggepin Pipi. Maklum, masih bocah, pikirnya. Popo memang jauh lebih dewasa dibanding Pipi, maklum saja, umurnya kan lebih tua.
“Masa’ pisah hanya karena hal begini” ujar Pipi. Popo terkekeh. Nah lho, tadi padahal dah bersikeras ga mau nikah.
“Lha iya makanya, perbedaan kan jangan nimbulin perpecahan ah..” kata Popo.
“Berarti boleh beda ya?” tanya Pipi.
“Iya deh, tapi apa ga apa-apa? Kan suami musti jadi contoh buat istrinya, jadi kesannya kalau beda kan gimana gitu..” Popo masih bersikeras.
“Ya ga pa-pa ah. Kan yakinnya beda…Lagian sama-sama pakai landasan yang bener kan.. Ya yang tahu kebenarannya hanya Allah kan..kita hanya bisa berikhtiar..” ujar Pipi.
“Iya deh, yang penting perbedaan ga boleh bikin pecah ya..”
“Iya”
Akhirnya, percikan pertengkaran itu pun padam. Lebaran hari Selasa, atau Rabu, yang penting maknanya tetap satu : merayakan hari kemenangan, hari di mana kita kembali fitrah… Perbedaan jangan sampai menghancurkannya.


Kutoarjo, 4 September 2011








Kamis, 01 September 2011

Kantin Kesabaran



Taburan gula halus di atas adonan bulat berlubang itu tampak begitu menggoda. Perutku sontak beraksi, mendendangkan lagu keroncongan yang khas, menandakan kelaparan akibat tak sarapan. Sudah dua hari kejadian seperti ini menimpaku. Yah, semenjak donat-donat itu tersuguh rapi dalam kardus bekas Aqua yang ditempatkan di meja panjang depan kelasku, aku tak mampu lagi  mengabaikan rasa kelaparan yang sebelumnya terasa biasa saja.
“Asyiiikkkk…donat…donat…donat!”  Asri, temanku bersorak riang menghampiri meja panjang itu. Tangan mungilnya mengambil satu bungkus donat gula halus, sembari memasukkan selembar uang bergambar Pattimura ke dalam kardus. Aku hanya bisa menatapnya lemas. Air liurku hampir menetes, tapi apa daya, isi kantongku tak cukup untuk membeli roti bolong itu. Yah, mau bagaimana lagi, aku hanya seorang anak buruh tani, hidup harus prihatin. Uang makan  sehari-hari saja susah, apalagi untuk membeli cemilan macam donat.
“Pengen donat, Bar?” tanya Husen yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku. Aku mengangguk hampa.
“Kalau memang pengen, hutang saja dulu. Toh, namanya juga ‘Kantin Kejujuran’, nggak ada yang liat.... Besok pas sudah punya uang, baru bayar…” Husen mencoba memberi usul.
“Wah, usulmu boleh juga, Sen, tapi nggak apa-apa lah, besok-besok aja. Lagipula Bu Harni kan sengaja bikin kantin kejujuran ini untuk menanamkan nilai kejujuran pada kita. Masa’ kita mau bikin beliau kecewa?”  tolakku.
“Lho? Aku kan nggak mengusulkanmu untuk mencuri? Ngutang, Bar….Ngutang…. Besok kalau sudah ada uang, baru bayar” tegas Husen sedikit tersinggung.
“Aku tetap nggak mau Sen…. Masak baru SD sudah belajar berhutang, gimana besok gede?” ujarku.
“Hahh, terserahlah, aku kan cuma usul. Kasihan saja lihat wajahmu itu!” Husen sedikit jengkel.
“Hehe, maaf Sobat, kata bapak ibuku, walaupun kita miskin, sebisa mungkin jangan sampai ngutang, apalagi maling. Aku ingin mematuhi mereka. Maaf lho, jangan marah ya usulmu aku tolak” Aku berusaha mengembalikan suasana hati Husen. Husen itu sobat baikku, sebisa mungkin aku tidak mau bertengkar dengannya, apalagi hanya karena masalah sepele.
“Iya, nggak apa-apa. Usulku juga yang kurang pas buat kamu yang punya jiwa bak malaikat” godanya. “Aku kagum sama kamu, Bar. Sabar saja ya, siapa tahu besok ada rezeki untuk membeli donat” lanjut Husen. Aku hanya tersenyum tipis, dalam hati mengamini.
                                                ***
Keesokannya, aku menghampiri kardus donat dengan riang. Kemarin paman datang ke rumah, aku dikasih pesangon. Akhirnya, tercapai juga keinginanku membeli donat. Husen geleng-geleng kepala melihat tingkahku.
“Nih, Sen” kutawari ia sebungkus donat. “Aku yang traktir. Hitung-hitung syukuran akhirnya bisa nyicipin donat ini” lanjutku sambil tertawa.
“Wah, makasih Bar! Dari kemarin aku juga pengen banget ni donat, tapi sama kayak kamu, belum ada uang!” Husen tampak sumringah.
“Ga ngutang aja Sen?” sindirku. Pukulan Husen langsung mendarat halus di lenganku.
Aku hampir menggigit donat yang kuidam-idamkan selama ini, saat melihat seorang nenek tua melintas di depan SD-ku. Segera kuurungkan niat makanku, lantas bergegas menghampiri nenek tua yang tampak kelaparan itu. Husen mengikutiku, sambil terbengong-bengong. Lebih bengong lagi saat aku memberikan donatku  ke sang nenek.
“Kasian, neneknya lapar, Sen” terangku pada Husen. Husen mengangguk, lantas tanpa kuminta, tangannya pun ikut menyodorkan sebungkus donat yang juga belum sempat dimakannya.
“Terima kasih…Kalian anak-anak baik” ucap nenek itu, raut mukanya penuh syukur.
Kami mengangguk senang. Ucapan terima kasih itu sudah cukup membuat kami kenyang. Hem, sudahlah, semoga besok ada rezeki lagi untuk membeli donat.  Sabaaar…..Aku dan Husen saling menatap, lalu bersama-sama mengulum senyum puas.


Renungan tentang mati




Kematian dan kelahiran datang beriringan, bersama tangis dan syukur.  Baru kemarin ada jiwa yang dititipkan Allah, hari ini  ada jiwa yang telah  diambil kembali olehNya.

Antara “kehilangan” dan “hilang”, aku mengerti harus  siap untuk keduanya. Kematian orang lain, juga kematian diri sendiri.

Kapankah nafas terakhir kita? Memikirkannya, ada rasa takut yang menjalar : bagaimanalah bila bekal belum cukup? Bisa pula ada rasa bahagia, karena kita akan menghadapNya, pertemuan dengan Sang Kekasih.
Bila mengandaikan “Esok aku akan mati”, rasanya tidak penting lagi segala sikap yang condong ke duniawi. Khawatir, takut, galau akan kepahitan dunia, rasanya menjadi tidak penting lagi. Karenanya, mengingat mati bisa menjadi obat dan pelajaran terbaik untuk tidak meratapi kepahitan hidup.

Bila mengandaikan “Esok aku akan mati”, rasanya sungguh ingin melakukan segala yang terbaik untuk hari ini. Tidak penting lagi perasaan marah ataupun dendam pada orang lain. Bila esok adalah kematian, mengapalah tak mencoba memberikan kebaikan pada semuanya? Pada musuh sekalipun. Memaafkan akan segala sikap yang pernah menimbulkan lara di hati, melupakan semua pertengkaran sepele…

Bila mengandaikan “Esok mereka tak ada”, rasanya sungguh ingin melakukan yang terbaik untuk membahagiakan orang-orang terkasih. Mendengarkan segala cerita, meringankan beban, memberikan senyum, dan kebaikan lain. Di sisi lain juga mencoba menghilangkan segala sikap terlalu bergantung,  bagaimanapun, mungkin saja harus menjalani hidup sendiri tanpa mereka, dan saat itu benar-benar terjadi, ruang keikhlasan harus dibuka lebar-lebar: bukankah memang setiap  diri adalah milikNya, dan Ia berhak mengambilnya kapanpun?

Bila esok adalah nafas terakhir kita, atau nafas terakhir orang-orang yang kita kasihi, rasanya setiap detik di hari ini akan begitu penting. Bergegas, lakukan yang terbaik, sebelum semuanya terlambat…karena waktu terus berlalu, dan takkan pernah ia kembali…

(sepucuk belasungkawa untuk Bayu, semoga diterima di sisiNya, dan semoga orang-orang yang ditinggalkan diberi ketabahan…amiin)

Jumat, 01 Juli 2011

Mahkota Kanak-kanak


Ya, aku masihlah kanak-kanak. Masih begitu terpesona oleh sejuta mimpi dan belum bisa memilih satu di antaranya. 

Sama seperti anak kecil, aku masih saja punya jawaban yang senantiasa berbeda,dari sebuah pertanyaan yang sama : “Apa cita-citamu?”

Waktu telah berjalan sedemikian rupa, dan aku masih saja mengikuti arus yang mengalir tanpa tujuan yang pasti. Mungkin masih terkesan bermain-main seperti anak kecil yang tak perlu memikirkan masa depannya. Padahal, sebentar lagi aku akan memasuki fase yang jauh lebih serius: Dewasa. Sebuah kata yang masih juga tak kumengerti artinya. 

Aku belum juga bisa memutuskan. Entah kenapa, aku paling benci memilih. Mungkin juga sebuah keserakahan karena menginginkan semua impian itu. Keserakahan yang mengakibatkan ketidakfokusan.

Bagaimanalah? Sebenarnya ini bukan karena aku main-main…sama sekali tidak. Jauh di lubuk hati, aku juga serius memikirkan. Apa yang dapat kulakukan ke depan? Apa karya yang bisa aku persembahkan di jalanNya untuk kemanfaatan? Pekerjaan apakah yang benar-benar aku inginkan? Karena memang begitu banyak jalan yang bisa ditempuh untuk satu tujuan tertinggi: ridhoNya. Hanya saja, aku masih begitu abu-abu untuk memilih. Aku belum tahu apa yang benar-benar kuharapkan. Tapi, ini bukan berarti aku bermain-main. Percayalah. Akan tiba waktunya kulepaskan mahkota kanak-kanak inii Aku akan sanggup memilih…dan semoga itu pilihan terbaik di mana ada ridhoNya dan aku mampu mencintainya secara fokus. Total, dan tanpa penyesalan. Amiin

2 Juli 2011
Di Ruang Abu-Abu

Pelangi ^_^

Inna sa’yakum lasyatta… Sesungguhnya usahamu berbeda-beda (Al Lail: 4)
Yah,benar..tidak ada yang sama.  Hal itu linier dengan begitu beragamnya sifat manusia. Semua memiliki ciri khasnya masing-masing. Umar bin Khattab dengan keperkasaannya, Mush’ab bin Umair dengan kemampuannya berbahasa yang membuatnya menjadi duta pertama Islam, Usman bin Affan yang membela Islam dengan hartanya, Abu Bakar yang selalu membenarkan Muhammad, Khalid bin Walid sang pedang Allah dan masih banyak lagi..semua sahabat Rasullulah, dengan ciri khas masing-masing,dan dengan tujuan sama: ridhoNya.
Juga para istri Rasulullah, semua pun memiliki ciri masing-masing… Khadijah yang setia dan taat, membenarkan dan meneguhkan Rasulullah,membantunya dengan harta dan jiwa dalam perjalanan da’wahnya.. Aisyah dengan kecerdasannya.. Hafsah yang tekun beribadah… Saudah dengan keikhlasannya..
Sama seperti warna pelangi, begitu beragam, namun indah bukan? Tak perlulah meniru persis orang lain, karena kita memiliki ciri khas masing-masing…semua memiliki keahlian masing-masing..  Jika semua sama, tentu malah aneh… dengan potensi masing-masing, kita lakukan yang terbaik dengan tujuan ridhoNya…
Ilmu begitu bermacam…kalau semua orang belajar ilmu yang sama,bagaimana dengan ilmu lain? Haruskah tak dipelajari?
Dan dalam keragaman itu, tak perlulah saling mencela dan saling bertengkar… karena, bila kehilangan satu warna saja,sebuah pelangi tak bisa dikatakan ‘pelangi’….^_^